Legacy

0

 


 

    Kapan terakhir kali kalian pergi ke pemakaman? kalau aku 3 minggu yang lalu. Salah satu anggota keluarga besarku ada yang meninggal. Rasanya campur aduk, aku pun bingung harus menjelaskan seperti apa. Yang jelas, omku adalah orang baik. Aku suka mendoakan orang baik, dan aku berharap beliau bisa mendapat tempat yang terbaik. Salah satu alasan post ini terbitkan pun agar aku bisa mengenangnya walau sedikit.


    Aku cukup banyak merenung; ketika semuanya berakhir nanti, apa yang akan aku bawa? tidak ada. Hanya nyawaku, hidupku, dan amalku selama ini. Aku takut, saat mengetahui fakta bahwa tidak ada manusia yang benar-benar siap menghadapi kematian, walau hal tersebut adalah hal yang pasti. Di antara semua hal yang ada di dunia ini, kematian adalah yang paling pasti datang. Kullu Nafsin Dzaa Iqotul Maut, begitulah firman-Nya. Kematian itu sangatlah menyakitkan. Bahkan Nabi Muhammad saja merasakan sakit yang teramat sangat. 


    Mengutip dari salah satu buku sirah nabawiyah yang pernah aku baca, Nabi Muhammad kerap mengulangi, "Firr Rofiqil Á'la," yang memiliki arti: menuju teman yang tertinggi, pada saat-saat terakhir hidupnya. Apakah kalian berpikir karena Nabi Muhammad adalah orang yang terpilih maka kematiannya tidak akan terasa sakit? tidak! Nabi Muhammad tetaplah seorang manusia dan mengalami sakitnya sakaratul maut. Perbedaannya, Nabi Muhammad telah dijanjikan oleh Allah tempat di akhirat. Hal ini berdasar dari pidato yang diungkapkan Nabi kepada para sahabatnya:


    "Ada seseorang diantara hamba Allah yang diberikan pilihan antara dunia ini atau pertemuan dengan-Nya, dan hamba tersebut memilih berjumpa dengan Tuhannya”


    Sebagai salah satu sahabat terdekat, Abu Bakar langsung bersedih karena mengetahui bahwa orang yang dimaksud Nabi Muhammad adalah dirinya sendiri. Allah telah memberi tanda, bahwa sudah dekat waktunya untuk kembali kepada-Nya. Setelah berpidato, Nabi tidak langsung meninggal. Beliau mengalami sakit kepala dan demam yang sangat tinggi hingga ajal menjemputnya. Artinya, bahkan seorang Nabi saja merasakan proses menuju kematiannya. 


    Sekarang sebagai seorang manusia biasa, aku punya apa? tidak tahu. Bahkan, masuk atau tidaknya kita ke dalam surga itu berdasarkan rahmat dan ridho Allah. Sebanyak apapun amal yang kita punya, serajin apa ibadah yang kita jalankan selama hidup, itu semua tidak ada artinya jika Allah tidak menghendaki kita untuk masuk surga-Nya. Memang terlihat menyeramkan, karena kita menjadi cukup clueless tentang apa yang perlu disiapkan. Meski semua atas rahmat Allah, tapi bukan berarti kita bisa hidup sesukanya di dunia. Allah telah memberi petunjuk dan arahan bukan? sebuah kisi kisi. Tentang apa yang boleh dilakukan, apa yang dianjurkan, apa saja yang Allah ridhoi, apa saja yang Allah suka dari hamba-Nya, dan apa saja yang Allah larang untuk dilakukan selama di dunia. 


    Kembali ke diriku sendiri. Jika sudah waktunya, maka apa yang bisa aku tawarkan? apa yang bisa aku tinggalkan? sebuah legacy. 200 tahun lagi, tidak, mungkin saja tidak sampai 200 untuk seorang manusia dilupakan. Ketika aku sudah tidak ada lagi di dunia, ketika teman-temanku juga sudah tidak ada di dunia, ketika keluargaku mungkin juga sudah tidak ada di dunia, maka siapa lagi yang mengingatku? aku rasa tidak ada. Semua hal yang dulunya aku anggap sangat penting, sangat aku sayangi, semua sudah tidak ada. Aset-aset selama di dunia pastilah berpindah tangan, atau bisa jadi masuk ke tong sampah. Perlahan tapi pasti, semuanya akan terganti. Aku akan kembali bergabung menjadi tanah yang dulunya pernah memiliki kisah.


    Manusia itu ingin diingat. Bahkan meski suatu hari aku mengatakan bahwa aku ingin menghilang, sesugguhnya aku tetap ingin diingat. Ketika mengalami masalah yang sangat berat, ternyata menyerah bukanlah solusi. Melalui pemakaman 3 minggu yang lalu aku jadi menyadari, jika aku menyerah sebelum waktunya, aku dapat membayangkan betapa sedihnya orang-orang yang menyayangiku itu. Betapa kejamnya aku mengkhianati kepercayaan dan kasih sayang dari orang-orang yang mempedulikanku. Hariku yang terasa berat itu sesungguhnya adalah impian bagi mereka yang sudah tidak memiliki waktu lagi di dunia. Kalau katakanlah di dunia ini aku sebatang kara, tetaplah aku bersikap kurang ajar karena tidak mensyukuri kesempatan yang Allah berikan. Aku masih punya waktu, semua masih bisa diusahakan. Cara yang cukup aneh, tapi kejadian pemakaman ini membawa banyak perspektif baru.


    Aku memiliki banyak alasan untuk menulis. Terkadang, aku menulis karena terlalu banyak isi pikiran di dalam otakku yang perlu dirangkai. Terkadang, aku menulis untuk melatih skill dan belajar berkomunikasi secara tidak langsung. Terkadang, aku menulis karena ingin saja, sedang memiliki ide bagus yang ingin disampaikan. Sekarang, rupanya bertambah satu lagi alasanku untuk menulis: meninggalkan legacy.


    Seseorang bisa saja tiada, namun tulisan dan karyanya akan selalu ada. Dari mana kita bisa mengetahui bahwa dulu pernah hidup seorang ilmuwan? dari mana kita bisa mengetahui bahwa dulu pernah ada seseorang yang melakukan percobaan meski gagal? dari karyanya, dari tulisannya, dari catatan yang ditinggalkannya. 10 tahun, 100 tahun, 1000 tahun yang lalu, mereka semua pernah hidup. Mereka semua adalah manusia yang memiliki perjuangannya sendiri. Raga mereka mungkin sudah bersatu dengan tanah, namun apa yang mereka tinggalkan untuk dunia ini tidak lekang oleh waktu. Semakin banyak tulisan, semakin banyak juga yang bisa dikenang. Semakin banyak & besar karyanya, maka semakin banyak juga orang yang akan mengenangnya.


    Ketika meninggal, kita itu terputus sepenuhnya oleh dunia kecuali 3 hal sesuai yang aku kutip dari hadits:


    “Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim no. 1631)


    Jiwa kita memang terputus, tapi tidak dengan ilmu kita, tidak dengan sedekah jariyah kita. Aku sudah memutuskan, bahwa di hidup yang hanya sekali ini aku ingin menebar banyak kebermanfaatan; walau kecil, walau mungkin tidak sebesar itu efeknya. Setidaknya, aku ingin dikenang sebagai orang yang baik. Aku ingin dikenang dengan hal-hal yang aku sukai dan hargai. Aku ingin tulisan, pemikiranku ini bisa membantu orang lain. Sejujurnya aku juga bingung membantu dalam hal apa, tapi aku berharap semoga ntah bagaimana caranya tulisan-tulisanku bisa membawa sedikit kebahagiaan, inspirasi, atau pun harapan. Semoga tumbuh kebahagiaan, keberkahan, serta rasa syukur di sela-sela ujianmu, semoga Allah senantiasa menguatkan hatimu dalam ketaatan, semoga Allah membawa karya-karyaku kepada orang yang tepat, dan semoga pesan yang aku tulis bisa benar-benar tersampaikan.

Posting Komentar

0Komentar
Posting Komentar (0)